KlikMama.id - Masih ingat dengan sosok balita yang viral gara-gara kecanduan 40 batang rokok setiap hari? Ya, sungguh ironi memang, seorang balita yang seharusnya masih mengonsumsi susu, buah, dan sayur ini malah harus terjerumus dalam candu rokok.
Ardi Rizal ingin bunuh diri
Saat itu, balita bernama Ardi Rizal ini tak bisa terpisah dari rokok. Sehari tak merokok, Ardi akan uring-uringan dan berniat bunuh diri. Tentu ini sudah sangat parah tingkat kecanduannya terhadap rokok.
Ardi Rizal merokok pada tahun 2010 (Thesun.co.uk) |
Ibu Ardi Rizal yang bernama Diana sangat ketakutan kalau anaknya meninggal gara-gara rokok. Sebab, saat Ardi Rizal dilarang merokok, dia akan marah dan membenturkan kepalanya ke tembok serta menyakiti dirinya sendiri.
"Dia akan membenturkan kepalanya ke dinding dan menyakiti dirinya sendiri jika tak mendapatkan rokok," ujar Diana, seperti yang disadur dari Tribunnews.com (4/9/2017).
Lantas, bagaimana dengan orangtuanya? Mengapa mereka diam saja?
Orangtua Ardi Rizal tidak diam saja, mereka sudah mati-matian melarang anaknya merokok. Namun nasi sudah menjadi bubur. Terlebih, penyebab Ardi Rizal kecanduan rokok adalah ayahnya.
Sang ayah diketahui telah memperkenalkan rokok kepada Ardi Rizal sejak usia 18 bulan. Untung sekarang ayahnya menyesal dan tidak memberikan rokok lagi kepada Ardi Rizal.
Ardi Rizal menjalani rehabilitasi
Berbagai pihak yang peduli dengan anak mulai menyuruh Ardi Rizal untuk menjalani rehabilitasi. Dalam waktu tujuh tahun, sejak Ardi Rizal mengalami ketergantungan, akhirnya rehabilitasi tersebut membuahkan hasil yang positif.
Jika sebelumnya, Ardi Rizal sempat merasa tak nyaman kalau tak menghisap rokok, tapi sekarang sudah normal seperti anak-anak pada umumnya.
Katanya, mulut akan terasa masam dan kepala pusing kalau tidak merokok. Namun sekarang sudah tidak lagi, bahkan tubuhnya terasa segar dan bugar.
"Sulit bagi saya untuk berhenti merokok. Jika saya tidak merokok, mulut terasa masam dan kepala pusing," kata Ardi Rizal.
Kondisi Ardi Rizal pasca rehabilitasi
Kini, di usianya yang sudah sembilan tahun, dia hanya mengonsumsi susu kental manis, ikan segar, buah-buahan, dan sayur.
Ardi Rizal pasca rehabilitasi di tahun 2017 (Thesun.co.uk) |
Ardi Rizal juga mengaku setelah berhenti merokok dia menjadi lebih sehat. Bahkan di bisa berlari dengan santai tanpa merasa sesak di bagian dadanya.
Anda juga bisa melihat sendiri seperti apa Ardi Rizal sekarang? Raut mukanya terlihat bahagia dan terlihat sama seperti anak-anak sepermainannya.
Ardi Rizal menunjukkan foto kenangan saat dia masih kecanduan rokok (Thesun.co.uk) |
Tubuhnya juga tampak ideal, mungkin karena asupan gizi yang dia dapat selama proses rehabilitasi.
Kendati demikian, satu hal yang tak bisa dibohongi, yakni bibir Ardi Rizal masih berwarna hitam karena kecanduan rokok di masa kelamnya.
Ardi Rizal bermain bersama teman sebaya (Thesun.co.uk) |
Hasil survei 20 juta anak di bawah usia 10 tahun sudah merokok
Kejadian yang menimpa Ardi Rizal mungkin hanya segelintir saja yang ketahuan. Pasalnya, masih banyak jutaan anak di bawah usia 10 tahun yang sudah merokok.
Data Atlas Pengendalian Tembakau di ASEAN mengungkapkan lebih dari 30 persen anak Indonesia mulai merokok sebelum usia 10 tahun. Jumlah itu mencapai 20 juta anak.
Sementara itu, Lisda Sundari, Ketua Lentera Anak, sebuah organisasi yang membela hak-hak anak menyebut berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2013, "hampir 80% perokok, yang jumlah totalnya sekitar 16 juta, memulai merokok pada usia di bawah 19 tahun."
Angka-angka tersebut menurut Lisda "sangat mengkhawatirkan". Dia bertutur banyaknya perokok anak, karena banyak pula 'model perokok' di sekitar mereka.
"Anak adalah peniru terbaik. Model ini bisa orangtua, guru, kakak mereka yang merokok sembarangan, di rumah, sekolah, angkutan umum. Kondisi tersebut membuat merokok seolah-olah adalah hal yang biasa dilakukan orang dewasa, dan memberi kenikmatan," tambah Lisda.
Selain itu, akses anak-anak untuk mendapatkan rokok di Indonesia dinilainya 'sangat mudah'.
"Mereka bisa beli rokok di mana saja. Rokok bisa dibeli per batang, harganya bisa cuma Rp 1.000 satu batangnya, bahkan lebih murah dari itu," tutup Lisda.
Tips menjauhkan anak dari rokok
Untuk itu, Mama harus menjauhkan anak dari rokok. Caranya bagaimana? Berikut beberapa tips menjauhkan anak dari rokok, seperti yang dikutip dari Tempo.co (26/7/2017).
1. Fokus pada apa yang dimengerti anak
Anak-anak akan lebih merespons hal-hal yang jelas soal rokok, seperti aroma tak sedap yang menempel di rambut dan baju, gigi menjadi kuning, napas berbau, masalah kulit, mulut sakit, dan sebagainya.
Bicarakan juga soal dampak keuangan akibat merokok. Ambil kalkulator, dan hitunglah berapa besar uang yang terbuang untuk membeli rokok selama 10, 20, 30 tahun ke depan. Lalu buatlah perkiraan apa yang bisa dibeli dengan uang sebanyak itu.
2. Kaitkan pembicaraan dengan olahraga
Bila anak memiliki minat pada olahraga, beri tahu apa dampak merokok pada performa mereka di lapangan. Jelaskan bagaimana merokok bisa mengurangi kemampuan mereka berlari atau anak-anak harus berhenti bermain karena kehabisan napas.
3. Bahas soal kecanduan
Anak kecil belum mengerti soal kecanduan nikotin. Jelaskan kepada mereka soal kecanduan merokok dan sekali mencoba akan sulit berhenti.
4. Bicarakan juga soal bahaya rokok alternatif
Rokok elektronik semakin banyak dikonsumsi dan bukan tak mungkin anak tertarik untuk mencobanya karena dianggap lebih keren dan aman. Pastikan mereka memahami rokok elektronik ini sama berbahayanya dengan rokok konvensional.
5. Ajarkan cara menolak
Tak jarang anak merokok karena ikut-ikutan atau dipengaruhi teman-temannya. Ajarkan anak untuk berani menolak bila ditawarkan rokok oleh temannya, misalnya “Tidak, saya tak suka baunya”.
6. Tegaskan pentingnya hidup sehat
Daripada berulang kali membahas bahaya rokok, cobalah bicarakan soal pentingnya gaya hidup sehat. Jelaskan bagaimana pola makan sehat, cukup tidur, dan rutin berolahraga bisa membantu anak membentuk tubuh yang bagus dan tak gampang sakit.
7. Jadilah panutan
Anak-anak yang orang tuanya merokok biasanya juga menjadi perokok karena mereka tidak melihat hal itu sebagai kebiasaan buruk. Bahkan saat kita berjanji untuk berhenti atau berandai-andai tidak merokok, kata-kata itu tidaklah efektif. Lebih baik orang tua berhenti merokok demi kesehatan diri sendiri dan keluarga.
8. Rumah selalu aman dari rokok
Buat peraturan tak boleh ada rokok, bahkan asapnya di rumah. Bila ada kerabat atau tamu yang merokok, jelaskan kepada mereka di rumah dilarang merokok. Bila anak melihat orang tuanya konsisten dengan peraturan ini, mereka juga tak meniru kebiasaan buruk merokok.
9. Perhatikan apakah anak sudah merokok
Bila anak sudah cukup besar, orang tua pasti khawatir apakah mereka merokok atau tidak. Perhatikan bau napas, napas yang terengah, serta noda dan bau pada pakaian.
Jika mereka mengaku telah merokok, cobalah menahan diri untuk tidak memarahinya. Jelaskan dengan tenang betapa kecewanya kita lalu buatlah rencana bersama bagaimana agar mereka tak merokok lagi. Jelaskan pula konsekuensi bila anak kembali merokok.
Bahaya dan dampak negatif merokok pada anak di bawah 18 tahun
Setelah memberikan tips agar anak tidak merokok, coba perdengarkan info menakutkan dari bahaya dan dampak negatif merokok pada anak di bawah usia 18 tahun, seperti yang dilaporkan oleh Hellosehat.com (16/8/2017).
Anak atau remaja yang merokok memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan remaja yang tidak merokok. Hal yang paling sering dialami oleh para perokok muda ini adalah sakit kepala dan sakit punggung yang sering sekali muncul.
Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang melibatkan 5000 perempuan muda yang diteliti selama 7 tahun. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa mereka yang menjadi perokok aktif sangat sering berkunjung ke rumah sakit dengan berbagai alasan kesehatan, salah satu yang paling sering adalah masalah pada tulang dan otot.
Selain itu, diketahui juga bahwa remaja yang menjadi perokok aktif mengalami penurunan kemampuan merasakan rasa suatu makanan serta gangguan tidur.
Berikut dampak negatif merokok bagi anak muda
1. Paru-paru berhenti berkembang
Perkembangan paru-paru juga akan dipengaruhi jika melakukan kebiasaan merokok terlalu dini. Rokok menyebabkan gangguan pada pertumbuhan serta perkembangan paru pada anak-anak dan remaja.
Hal ini mengakibatkan paru-paru berhenti untuk tumbuh. Gangguan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan yang kronis hingga ia beranjak dewasa.
Menghentikan kebiasaan merokok pada anak-anak dan remaja mungkin saja bisa membuat paru-paru kembali berkembang.
Sebuah riset juga menyatakan bahwa jika anak merokok selama 20 hari, maka dampaknya pada paru seperti telah merokok selama 40 tahun, dan ia pun berisiko mengalami kanker paru.
2. Gejala penyakit jantung dan pembuluh darah yang terjadi lebih awal
Merokok pada usia yang muda dapat menyebabkan kerusakan sistem peredaran darah, yang kemudian akan bertambah parah saat ia tumbuh dewasa.
Ketika ia memasuki usia dewasa, bukan tidak mungkin berbagai penyakit jantung langsung dapat dialaminya, seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, gagal jantung, serangan jantung, serta stroke.
Penyakit-penyakit ini adalah penyebab utama dari kematian muda yang cukup tinggi terjadi di dunia.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan pada perokok aktif yang berusia muda menunjukkan bahwa ternyata dari kelompok tersebut banyak yang mengalami kondisi hipertrigliseridemia, neutrophilia, dan hiperkromia.
3. Kerusakan gigi
Kebiasaan merokok adalah penyebab utama dari gangguan kesehatan gigi dan mulut. Hampir setengah dari infeksi yang terjadi di mulut terjadi pada perokok aktif dengan rentang usia di bawah 30 tahun.
Sebuah riset juga membuktikan hal yang sama, yaitu perokok aktif yang berusia sangat muda mempunyai karies, plak, dan berbagai infeksi gusi dan mulut lebih banyak dibandingkan dengan anak seusianya yang tidak merokok.
4. Masalah pada otot dan tulang
Penelitian dalam lingkup yang cukup besar, dilakukan di Belgia dan melibatkan sebanyak 677 remaja. Dari penelitian ini diketahui bahwa remaja yang sering merokok memiliki kepadatan tulang yang rendah serta penurunan puncak pertumbuhan yang seharusnya terjadi pada usianya.
Sama dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang mengikutsertakan 1000 remaja laki-laki di Swedia menemukan bahwa kelompok yang merokok mengalami kerapuhan tulang pada bagian tulang belakang, leher, tengkorak, serta pada tangan dan kaki.
Semoga info ini bermanfaat dan dapat menjauhkan anak-anak dari rokok. Jika anak sudah terlanjur terbiasa merokok, maka segera lakukan pencegahan, kalau perlu segera lakukan terapi serta rehabilitasi.
Jika artikel KlikMama.id bermanfaat, jangan lupa like dan share. Terima kasih.
Masih Ingat Balita yang Kecanduan 40 Batang Rokok Sehari? Begini Kondisinya Sekarang
Reviewed by Fendy Hananta
on
September 11, 2017
Rating:
No comments: